Paris,BentengNews.com- Sepak bola terkadang tidak adil. Ungkapan klasik ini diutarakan legenda sepak bola Belanda Ruud Gullit saat jeda pertandingan leg kedua semifinal Liga Champions yang mempertemukan Paris Saint-Germain dengan Arsenal, Kamis (8/5/2025) dini hari WIB. Gullit menjadi komentator untuk stasiun tv Bein Sports yang menyiarkan pertandingan di Parc des Princes, Paris ini.
Ia menyoroti betapa upaya keras Arsenal mengurung pertahanan PSG dan menciptakan sejumlah peluang sejak kick-off tak membuahkan gol. Selain finishing tak sempurna, penyelamatan brilian kiper PSG Gianluigi Donnarumma menjadi alasan lain.
Sebaliknya, PSG bisa segera menciptakan gol lewat situasi bola mati. Tuan rumah juga punya sejumlah kesempatan lain melalui serangan balik, yang belum membuahkan gol.
Namun, PSG membuktikan pada babak kedua bahwa mereka pantas jadi pemenang. Para pemain PSG mengunci lini depan Arsenal sehingga tak menghadirkan bahaya. Praktis hanya satu sepakan melengkung Bukayo Saka yang ditepis Donnarumma menjadi satu-satunya peluang terbaik.
Sementara PSG mendapatkan satu penalti yang gagal berbuah gol. Setelah itu, tendangan terukur Achraf Hakimi berbuah gol kedua PSG. Les Rouge et Bleu lebih menggigit. Berkali-kali mereka mampu menerobos ke kotak penalti Arsenal untuk mengkreasi peluang. Sementara Arsenal baru habis-habisan keluar menyerang dan hanya mendapatkan satu gol dari Saka.
Pertandingan berakhir dengan skor 2-1 untuk PSG. Wakil Prancis ini lolos ke final dengan agregat 3-1 setelah menang 1-0 di markas Arsenal pekan lalu.
PSG kini mendapatkan kesempatan kedua kalinya meraih gelar juara kompetisi antarklub tertinggi di Eropa. Lima tahun setelah kalah dari Bayern Munchen di final Liga Champions, PSG telah bertransformasi menjadi sebuah tim yang kohesif di bawah asuhan Enrique. Permainan tak lagi berporos pada nama-nama besar sepak bola dunia.
PSG menjadi tim solid. Mereka akan menghadapi Inter Milan pada 31 Mei di Munchen, setelah tim asal Serie A tersebut menyingkirkan Barcelona 7-6 dalam sebuah pertandingan klasik di semifinal lainnya.
PSG dan Inter belum pernah bertemu di pentas Eropa. Final Liga Champions tahun ini akan menjadi yang pertama antara tim Italia dan Prancis sejak Olympique de Marseille mengalahkan AC Milan pada 1993.
“Ini emosi yang sangat indah. Kami telah melakukan pekerjaan yang luar biasa. Jalannya sulit dan lambat, dan kami menghadapi pertandingan yang sangat sulit,” kata kapten Marquinhos, yang mengalami beberapa kekalahan memalukan dalam kompetisi ini bersama PSG.
“Sekarang kami harus memanfaatkannya sebaik mungkin dan mempersiapkan diri untuk final dengan cara terbaik. Jalan menuju final sudah terbuka, tetapi ini belum berakhir.”
Di sisi lain, Arsenal gagal mencapai final Liga Champions pertama mereka sejak 2006. Melihat permainan tim asuhannya, Arteta sangat gusar karena timnya gagal tiba di partai puncak. Arsenal jadi tim Inggris ketiga yang jadi korban PSG pada babak gugur Liga Champions. Sebelumnya, PSG menyikat Liverpool di 16 besar dan Aston Villa di perempat final.
“Fakta bahwa kami bermain seperti ini melawan salah satu tim terbaik di Eropa memberikan saya kebanggaan yang luar biasa. Namun, saya juga sangat kesal, sangat kesal karena kami tidak berhasil,” ujar Arteta.(*)