BentengNews.com-Beberapa tahun terakhir, banyak pabrikan motor di Indonesia menghapus fitur kickstarter dari model-model terbarunya. Alasannya terdengar simpel: jarang dipakai dan dianggap tak lagi relevan di era starter elektrik. Namun, langkah ini justru memicu perdebatan di kalangan pengguna.
Bagi sebagian orang, penghapusan engkol adalah bentuk kemajuan teknologi. Tapi bagi lainnya, ini bukan sekadar efisiensi — melainkan strategi penghematan besar-besaran yang ujung-ujungnya menguntungkan pabrikan.
Lantas, apakah benar fitur engkol sudah tidak diperlukan lagi? Atau justru kita sedang menyaksikan tanda kemunduran kenyamanan pengguna?
Sejarah dan Fungsi Kickstarter di Dunia Motor
Sebelum tombol electric starter hadir, satu-satunya cara menyalakan motor adalah dengan kickstarter atau engkol. Mekanisme ini memanfaatkan tenaga kaki pengendara untuk memutar poros engkol (crankshaft) agar mesin hidup.
Meski sederhana, sistem ini terbukti tangguh dan tak tergantung listrik. Tapi sejak teknologi starter elektrik diperkenalkan, cara menyalakan motor berubah total. Cukup tekan tombol, mesin menyala tanpa tenaga fisik. Praktis dan cepat — apalagi di tengah macetnya lalu lintas perkotaan.
Masalahnya, kemudahan ini membuat fungsi engkol perlahan dilupakan. Banyak pengendara bahkan tak pernah lagi menggunakannya selama bertahun-tahun. Pada motor matic, posisinya yang sulit dijangkau dan harus menurunkan standar ganda terlebih dahulu membuat pengguna makin malas memakainya.
Kenapa Pabrikan Mulai Melenyapkan Engkol?
Alasan paling logis tentu saja efisiensi biaya produksi. Dalam industri otomotif, satu komponen kecil bisa berdampak besar pada total ongkos perakitan.
Bayangkan jika pabrikan memproduksi jutaan unit per tahun. Menghapus satu komponen seperti kickstarter bisa memangkas biaya material, proses perakitan, hingga pengujian — yang artinya margin keuntungan meningkat signifikan.
Selain itu, tanpa engkol, bobot motor berkurang beberapa ratus gram. Pabrikan pun bisa mengklaim bahwa motornya lebih ringan dan lebih efisien bahan bakar. Di atas kertas, argumen ini masuk akal.
Namun, dari sisi pengguna, keputusan tersebut menimbulkan pertanyaan: apakah kenyamanan dan keandalan layak dikorbankan demi efisiensi? Karena dalam kondisi darurat — seperti aki lemah atau soak — motor tanpa engkol benar-benar tidak bisa dihidupkan.
Electric Starter: Praktis, Tapi Punya Titik Lemah
Secara fungsional, electric starter memang jadi standar motor modern. Praktis dan efisien, tapi sayangnya tidak sempurna.
Seluruh sistem starter elektrik bergantung penuh pada aki. Jika tegangan aki melemah, motor tak akan menyala sama sekali. Dan inilah masalah utama pengguna motor masa kini — terutama motor matic.
Kini, satu aki harus menopang beban kelistrikan yang lebih berat dibanding motor generasi lama.
Mulai dari:
Lampu utama dan DRL otomatis (AHO),
Sistem idling stop yang sering mematikan dan menyalakan mesin,
Panel digital,
Hingga fitur tambahan seperti USB charger, alarm, dan koneksi Y-Connect.
Belum lagi jika pemilik menambahkan lampu LED aftermarket atau klakson keong tanpa menaikkan kapasitas aki. Hasilnya? Aki cepat drop, dan tanpa engkol, motor benar-benar tak bisa dihidupkan.
Solusi Pabrikan: Ganti Engkol dengan Voltmeter
Sebagai “penenang,” beberapa pabrikan kini menambahkan voltmeter digital di panel instrumen. Fungsinya untuk memantau kondisi aki — apakah sehat, lemah, atau kritis.
Namun, fitur ini bukan solusi nyata. Voltmeter hanya memberi informasi, tidak membantu saat motor tak bisa hidup. Ia sekadar menampilkan tegangan aki rendah — tapi pengguna tetap tak bisa berbuat apa-apa selain mendorong motor ke bengkel.
Dengan kata lain, voltmeter hanyalah kosmetik digital yang tidak bisa menggantikan fungsi engkol dalam kondisi darurat.
Aki Jadi Penentu Ketahanan Motor Modern
Karena kini semua sistem bergantung pada listrik, kesehatan aki menjadi faktor vital agar motor tetap andal. Meski aki modern berjenis maintenance free (bebas isi ulang), bukan berarti bebas dari risiko soak.
Aki bisa drop perlahan tanpa tanda-tanda, apalagi jika motor jarang dipakai. Maka, penting untuk rutin memeriksa tegangan aki minimal sekali sebulan atau sebelum perjalanan jauh.
Beberapa pengguna bahkan mengganti aki standar dengan kapasitas lebih besar, seperti pada Honda Vario yang diuji menggunakan aki Motobatt MPTC-7S. Aki ini lebih kuat menanggung beban kelistrikan tambahan seperti klakson ganda atau lampu modifikasi, sekaligus punya umur pakai lebih panjang.
Meskipun harganya lebih mahal, investasi pada aki berkualitas jauh lebih efisien dibanding sering mengganti aki cepat soak karena beban kelistrikan berlebih.
Hilangnya Engkol, Tanda Penurunan Kualitas Motor Modern?
Bagi sebagian pengguna, hilangnya engkol dianggap wajar di era digital. Tapi banyak juga yang melihatnya sebagai indikasi menurunnya kualitas motor masa kini.
anya kickstarter yang dihilangkan. Beberapa bagian lain juga ikut “disederhanakan”:
Ketebalan bodi motor makin tipis,
Cat cepat pudar,
Komponen besi diganti plastik,
Rangka lebih ringan tapi mudah karat.
Efisiensi yang diusung pabrikan sering kali berarti pengurangan kualitas material. Sementara motor generasi lama, meski minim fitur, justru terkenal awet dan kuat digunakan hingga puluhan tahun.
Apakah Hilangnya Engkol Bisa Diterima?
Secara teknis, penghapusan kickstarter bisa dimaklumi — asalkan sistem kelistrikan motor benar-benar stabil dan pengguna disiplin merawat aki.
Namun, kenyataannya di lapangan berbeda. Banyak pengguna jarang servis, motor sering parkir lama, atau lupa memeriksa aki sebelum digunakan. Dalam situasi seperti itu, kehadiran engkol bisa menjadi penyelamat.
Kickstarter mungkin jarang digunakan, tapi saat dibutuhkan, fungsinya tak tergantikan. Hilangnya fitur ini mungkin terasa sepele hari ini, namun bisa jadi momen paling menyebalkan ketika motor tiba-tiba mogok di tengah jalan.
Inovasi atau Kemunduran?
Hilangnya kickstarter dari motor modern memang mencerminkan arah industri otomotif yang semakin efisien dan digital. Namun, di sisi lain, langkah ini juga menunjukkan bagaimana pabrikan lebih fokus pada efisiensi biaya daripada kenyamanan pengguna jangka panjang.
Bagi pengendara yang rajin merawat aki, mungkin tak ada masalah. Tapi bagi yang lalai, ketiadaan engkol bisa jadi bencana kecil di waktu yang tak terduga.
Pada akhirnya, motor tanpa engkol memaksa pengguna untuk lebih cerdas merawat sistem kelistrikan. Karena sekali aki tekor, tak ada lagi “tendangan penyelamat” yang bisa diandalkan.(*)